Saturday 28 March 2015

Ilmu sidik jari, Daktiloskopi.

Ilmu sidik jari, Daktiloskopi.
Oleh : Kanzia Rahman


     Dalam ilmu forensik, dan dunia modern yang terus berkembang sejauh ini, selalu ada sisi baik dan sisi jahat yang hidup berdampingan, dan dalam setiap kejahatan yang terjadi, ada seorang pelaku yang bertanggung jawab dibelakangnya, dan diperlukan banyak cara untuk mengetahui siapa pelaku dan dalangnya, saya ingat sebuah quote, tapi saya lupa darimana

"Kejahatan terburuk bukanlah kejahatan yang tidak terselesaikan, tetapi kejahatan yang memiliki pelaku yang tidak bersalah"
     Dan, sesuai quote diatas, tanpa adanya analisa yang tepat, maka yang didapat hanyalah seorang yang tak bersalah namun disalahkan dan akan membuatnya bertanggung jawab atas hal yang tak ia lakukan, dan memang, lebih baik suatu kejahatan tidak memiliki pelaku dibanding pelaku yang tak bersalah, bukan ?

     Dalam prosesnya, polisi membutuhkan banyak cara untuk mengetahui siapa sang pelaku asli, tidak hanya introgerasi berjam-jam atau salah tangkap, ada berbagai ilmu yang dapat digunakan dalam mengetahui sang pelaku, salah satunya adalah Daktiloskopi, yaitu mengetahui pelaku kejahatan yang sebenarnya dari sebuah sidik jari yang tertinggal

     Daktiloskopi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Daktulos dan Skopeoo . Kata pertama berarti jari, atau garis jari, dan Skopeoo berarti Mengamati, kurang lebih artinya mengamati jari, dan bisa disimpulkan sidik jari, ilmu Daktiloskopi adalah sebuah ilmu yang mempelajari gambar dan pola yang terdapat pada sidik jari, sidik jari merupakan ciri tetap dari seseorang, karenanya, sidik jari dapat digunakan sebagai salah satu sumber terpercaya dalam penyelidikan

     Pada masa jaman kuno atau sebelum Masehi, ilmu sidik jari telah digunakan di berbagai negara, seperti Mesir, Cina, dan Jepang. Ilmuwan yang membuat teori dasar mengenai hal ini adalah Sir Francis Galton, awalnya ia hanya mengelompokkan jari-jari manusia ke berbagai kelompok, namun sekarang fungsinya telah diperlebar untuk berbagai hal dan Daktiloskopi sendiri telah digunakan untuk berbagai hal seperti penyelidikan genetik, antropologis, dan kriminalitas

   

     1686, Marcello Malpighi yang seorang prefossor anatomi di salah satu universitas Bologna, menulis sebuah karya tentang ridges, spirals, dan loops, pada sidik jari. Cukup lama setelahnya, tepat di tahun 1823, John Evangelist Purkinje yang seorang professor anatomi juga pada universitas yang berbeda, Universitas Breslau, mempublikasikan 9 jenis sidik jari, namun ia tak mempelajari sidik jari lagi setelah itu

     Pada tahun 1858, Sir William James Herschel mengadakan perjanjian dengan salah seorang pengusaha dan menggunakan sidik jari daripada tanda tangan sebagai personal identification. Di tahun 1870, Dr. Henry Faulds yang seorang ahli bedah Inggris dan bekerja sebagai Kepala Tsukiji Hospital di Tokyo tidak hanya mempelajari sidik jari untuk kepentingan identifikasi, namun juga menciptakan metode untuk mengklasifikasikannya.

     Dua belas tahun setelahnya, giliran Gilbert Thompson yang seorang ahli geologi, ia memperkenalkan tentang identifikasi sidik jari di Amerika Serikat. Dan masih di tahun yang sama, Alphonse Bertillon, menemukan sebuah teori yang disebut antrophometry, suatu sistem identifikasi yang untuk melakukan pengukuran fisik pada manusia, selanjutnya, sistem ini digunakan untuk sistem identifikasi kepolisian pertama kali

    Satu tahun setelahnya, Mark Twains menulis buku "Life on the Mississippi" yang menceritakan bahwa pembunuh teridentifikasi karena sidik jarinya. Dan, Sir Francis Galton menemukan teori untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sidik jari dalam beberapa kelompok. Sejauh ini, kita sendiri telah mengenal berbagai teori dan yang sekarang sedang dimaksimalkan adalah sistem Automated Fingerprints Identification Systems (AFIS)

   
Which one are yours ?


Dalam mengetahui jenis sidik jari, setidaknya ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
1. Menggunakan Bubuk dan selotip

Dalam penggunaan metode ini, sejumlah bubuk yang biasanya mengandung alumunium atau karbon ditebarkan di atas bidang atau benda dengan sidik jari laten (bekas sidik jari). Hasil cetakan kemudian diangkat menggunakan selotip.

Meski sudah ada scanner sidik jari yang lebih canggih—dengan bantuan sinar maka sidik jari langsung terbaca— bubuk sidik jari masih tetap digunakan. Selain praktis, di beberapa daerah belum ada alat scanner elektronik.

Di Indonesia sendiri, bubuk sidik jari ini diimpor dari Jepang dan AS. Mabes Polri meminta Puslit Kimia LIPI untuk mengembangkan bubuk sidik jari teknologi nano. Sebenarnya Polri melalui Laboratorium Daktiloskopi Pusat Identifikasi Markas Besar Kepolisian RI sudah mengembangkan bubuk sidik jari. Hanya saja hasilnya belum bagus.

2. Metode uap cyanoacrylate
Metode ini pertama kali digunakan oleh Kepolisian Jepang tahun 1978. Cyanoacrylate bereaksi dengan asam amino, asam lemak, dan protein yang terkandung dalam sidik jari dan juga kelembapan udara yang dapat membuat sidik jari terlihat

3. Ninhydrin
Metode ini juga cukup banyak digunakan. Menggunakan bahan kimia ninhydrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) sebagai medianya yang akan bereaksi dengan asam amino dalam sidik jari membentuk warna ungu atau pink.

4.  Uap yodium
Kristal yodium ditaruh di gelas tabung lalu ditiup hingga berubah menjadi gas. Gas ini kemudian dikenakan ke sidik jari laten dan akan menampilkan sidik jari, cuma hanya sesaat.









:)