Friday 6 June 2014

Darah dan air mata, Tragedi Mei 98..

Kerusuhan Mei 1998..
Tragedi berdarah, dan memilukan

Penulis tidak mendapat paksaan atau tekanan dari pihak atau dari manapun untuk setiap tulisan di blog ini

Blog ini dihiasi oleh berita atau peristiwa dari mancanegara, setidaknya untuk 2 post dibawah. Dan rasanya akan kurang lengkap apabila penulis tidak menyertakan peristiwa yang menjadi salah satu kejahatan genosida terbesar sepanjang sejarah Indonesia, yaitu Tragedi Mei 98..

16 Tahun yang lalu, dibulan kelima tahun 1998, sebuah peristiwa terjadi di bumi pertiwi, peristiwa yang bisa disebut tragedi..

Ya.. Peristiwa yang menimbulkan kerusuhan dimana-mana, khususnya di 3 kota besar, seperti Jakarta, Medan, dan Surakarta dari tanggal 4-8 dan 12-15 Mei 1998 itu bisa disebut sebuah sejarah kelam, sebuah bukti dari kemarahan masyarakat karena pemerintahan Indonesia disaat itu..

Mari kita kembali sejenak ke tahun 1997.. tahun dimana krisis financial melanda Asia dan sekitarnya, yang dimulai pada bulan Juli 17 tahun yang lalu..

Krisis finansial dimulai pada bulan Juli 1997 di Thailand, yang mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset-aset lainnya di negara-negara Asia. Peristiwa ini sering disebut "Krisis moneter" (krismon) di Indonesia pada saat itu

Sebulan sebelumnya, tepatnya pada Juni 97, Indonesia memiliki sektor bank yang baik, persediaan mata uang luar yang besar (lebih dari 20 miliar dolar) dan perdagangan surplus yang lebih dari 900 juta dollar, pantas jika saat itu Indonesia terlihat jauh dari krisis finansial

Namun, rupiah terserang kuat di bulan Agustus, lalu jatuh dan akhirnya jatuh lebih dalam lagi karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, dan banyaknya permintaan dollar yang kuat. Dan pada bulan November, perusahaan-perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar karena penurunan rupiah, dan banyak yang membeli dollar dengan menjual rupiah, akibatnya harga rupiah turun lebih jauh lagi

Inflasi rupiah dan lonjakan besar pada harga makanan menimbulkan kekacauan di negeri ini. Februari 1998, Presiden Soeharto memecat gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup.. akhirnya, Soeharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 lewat kerusuhan..

Akibatnya, mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran ke gedung MPR-DPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti

12 Mei 1998, Mahasiswa yang berdemo melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada siang harinya, 12.30, namun aksi mereka terhambat oleh blokade dari Polri dan militer yang datang, beberapa dari mereka berusaha bernegosiasi dengan pihak Polri

Mahasiswa melakukan aksi damai tersebut berdemonstrasi dengan adanya mimbar bebas dan long march, situasi tenang dan tanpa ketegangan antara aparat keamanan dan mahasiswa..

Sorenya, hujan turun dengan deras, Kapolres menyatakan rasa terima kasihnya kepada mahasiswa karena sudah tertib, lalu semua membubarkan diri secara perlahan-lahan.. Namun, seorang oknum bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (yang sebenarnya tidak tamat) berteriak dan mengeluarkan kata-kata kotor terhadap mahasiswa, akhirnya mereka terpancing dan mengejarnya karena dikira oknum tersebut adalah seorang anggota aparat yang menyamar

Oknum tersebut dikejar dan berlari menuju barisan aparat, muncul ketegangan antara aparat dan para mahasiswa, namun kepala kamtibpus Trisakti dan ketua SMUT dapat menahan mahasiswa.. akhirnya mahasiswa kembali mundur..


Namun, ketika massa sudah bergerak mundur kedalam kampus, diantara barisan aparat ada yang meledek serta menertawakan mahasiswa, bahkan mengeluarkan kata-kata kotor pada mahasiswa, sebagian dari massa berbalik arah..


3 orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat tapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti..


Pada saat bersamaan,
barisan dari aparat menyerang mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehngga mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus.

Aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata disepanjang jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakan, dan pelecehan seksual terhadap mahasiswi.

Kemudian, datang pasukan bermotor yang mengenakan rompi bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus, bahkan naik ke jembatan layang grogol. Sementara aparat yang lainnya mengejar massa, mengangkap dan menganiaya mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan saja mereka tergeletak dijalan..

Malamnya, pukul 20.00, dipastikan 4 orang mahasiswa tewas tertembak karena peluru tajam, 4 orang itu adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie..

Dalam tempo 24 jam, insiden penembakan itu membakar amarah massa, ditengah situasi itu pula, sebuah program anti-Tionghoa dilaksanakan..

13-14 Mei tahun 1998, tragedi ini terjadi, Banyak pembakaran ban dan pelemparan batu.. lalu toko-toko, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa, dilempari batu, dijarah, dan dirampok..

Barang-barang yang ditoko dikeluarkan lalu dibakar habis, sebagian dijarah dan dibawa pulang oleh masyarakat..

Wanita-wanita diperkosa, dianiaya, lalu dibunuh secara sadis.. brutal dan kejam. Nampaknya dua kata itu cukup untuk mencerminkan bagaimana kondisi massa pada saat itu..


Yogya plaza dibakar, dijarah, dirampok, wanita-wanita didalamnya diperkosa lalu disiksa tanpa ampun..

400. Jumlah korban yang diperkirakan terbakar didalam Yogya Plaza, semua korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan..

Sebuah sejarah, sebuah potret kelam, sebuah peristiwa yang tak mungkin dilupakan namun tak pantas dikenang.. itulah cerminan Tragedi Mei 98..

Dimana krisis finansial dan penembakan terhadap 4 orang mahasiswa tak bisa dipisahkan dari tragedi ini..

Dan pada akhirnya, sosok-sosok dibalik tragedi ini tidak diketahui.. kasus ini ditutup tanpa kejelasan meski telah dibentuk "Tim Gabungan Pencari Fakta" (TGPF)..


Kejahatan genosida, pembunuhan, penjarahan, pembantaian massal.. Peristiwa ini merupakan cerminan dari 'sisi gelap' rakyat Indonesia pada saat itu.. ditambah karena adanya krisis finansial..

Dan, semoga, peristiwa ini tidak terulang lagi.. namun, itu semua kembali lagi pada masyarakatnya.. kepada para "aktor" yang mempunyai peran penting dibalik tragedi ini..

Akankah kita mengetahui kebenaran yang asli diantara ribuan dan banyaknya hipotesa yang menerka dan menebak-nebak kebenaran asli tersebut ? Hanya waktu yang akan menjawabnya..

(Wikipedia)
(Merdeka)
(AsiaWeek)


:)